
Sebagai sebuah destinasi yang menjanjikan, Indonesia patut diperhitungkan oleh pasar wisata MICE (meeting, incentive, convention, and exibition). Perkembangannya bukan hanya di Jakarta saja, namun kini sudah merambah di kota satelit Jakarta dan berbagai kota besar lainnya.
Kehadiran MICE ini seolah menjadi pembuktian membaiknya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Tidak salah bila seiring pertumbuhnya ekonomi, stabilitas politik dan keamanan yang semakin membaik, banyak investor lokal maupun asing yang terpincut berinvestasi di Tanah Air—baik sebagai penyelenggara ataupun peserta.
Terpuruknya ekonomi Eropa juga menjadi momentum bagi industri MICE di Indonesia untuk memikat konsumen, khususnya dari negara Asia Timur dan Timur Tengah. Apalagi, jumlah penduduk yang lebih dari 240 juta jiwa menjadi magnet tersendiri untuk mendatangkan konsumen dalam penyelenggaraan event-event berskala internasional.
Dukungan infrastruktur dengan kualitas yang bagus tentunya menjadi hal yang sangat penting. Misalnya akses udara, jalan atau rel kereta api, convention center dengan kualitas prima, dan hotel berbintang tiga hingga bintang lima. Selain itu, diperlukan pula destinasi yang atraktif dan memiliki nilai tambah, pemasaran yang baik, dan professional conference organizer (PCO) lokal yang ahli di bidangnya.
Di sisi lain, para penyedia jasa MICE di Indonesia mesti lebih agresif menggaet pasar dari luar negeri. Dalam industri jasa ini, kita tidak cukup hanya proaktif merebut pasar MICE, tapi harus agresif mengerahkan semua sumber daya untuk melobi serta memenangi bidding internasional yang dilakukan pelaku bisnis pariwisata dan pemerintah. Perlus diingat, industri MICE merupakan produk unggulan karena kegiatan itu menghasilkan devisa negara yang besar.
Efek Berganda
Pendapat senada juga diungkapkan Indra Sukirno, Direktur Eksekutif Jakarta Convention & Exhibition Bureau (JCEB). Menurutnya, industri MICE di Indonesia tumbuh agresif seiring dengan berkembangnya sektor pariwisata di dalam negeri. Sektor pariwisata dan MICE dapat meningkatkan PDB di dunia.
Industri MICE dan travel justru tumbuh pesat, meskipun sebagian besar sektor lain tengah mengalami penurunan. “Pertumbuhan MICE Indonesia pada 2013 mencapai 6-7%, pada 2014 dan 2015 dapat bertumbuh lebih besar lagi. Sektor pariwisata dan MICE ini juga banyak menciptakan lapangan pekerjaan,” ujar Indra.
Indra mengakui, saat ini memang belum begitu banyak masyarakat umum mengenal MICE. Namun, seiring gencarnya diselenggarakan berbagai acara akbar dan pemberitaan melalui berbagai media, industri MICE diharapkan bisa lebih tersosialisasi. Bagaimanapun industri ini punya efek berganda yang dapat mengembangkan sektor-sektor lainnya.
Ditambahkannya, berbagai upaya dijalankan demi mendongkrak MICE dan mencapai target wisman pada 2015. Upaya itu dilakukan dengan cara menghadiri pameran atau trade show yang berkaitan dengan MICE—untuk menjelaskan tentang kawasan tujuan di wilayah Indonesia. Selain itu, banyak upaya lain seperti mengadakan kerja sama dengan atase pemerintah asing di Indonesia.
Daerah Tak Mau Kalah
Geliat ekonomi di daerah makin bertambah sejak diberlakukannya hak otonomi daerah beberapa tahun silam. Daerah kini bisa menjadi raja di rumahnya sendiri tanpa perlu intervensi pusat. Perlahan perekonomian daerah mulai beringsut membaik sejak mereka diberikan kuasa penuh untuk mengelola potensi sumber daya alamnya. Termasuk dalam urusan pembangunan infrastruktur dan fasilitas penunjang lainnya seperti industri MICE.
Daerah-daerah yang memiliki bakat wisata cukup baik banyak membuat investor berdatangan. Mereka tertarik mengembangkan sarana penunjang dengan membangun sejumlah kebutuhan papan bagi wisatawan. Dalam perkembangannya, mereka tak hanya menyediakan penginapan dalam bentuk resort, wisma atau hotel. Banyak di antara mereka yang membuat konsep lebih besar lagi, yakni menggabungkan hunian dan ruang konvensi dalam satu properti.
Sebut saja Yogyakarta yang sejak zaman orde baru dikenal sebagai salah satu destinasi favorit wisatawan untuk liburan. Kunjungan wisatawan ke sana, baik lokal maupun internasional, cukup tinggi. Data BPS Daerah Yogyakarta menyebutkan, sepanjang 2014 terjadi peningkatan 36% dari tahun sebelumnya. Tahun ini diprediksi bakal meningkat lagi, mengingat Yogyakarta tergolong daerah yang menjajakan service murah meriah tapi berkualitas dan tidak berbeda jauh dari Jakarta.
Bukan potensi wisata saja yang membuatnya dikenal. Sebagai kota pelajar dan budaya, Yogyakarta juga kerap menghelat berbagai event dalam format seminar maupun dan pameran di level lokal dan nasional. Kebutuhan akan sarana MICE juga terseret ke dalamnya. Otomatis hal ini turut memantik sejumlah investor tunggal dan pengembang membangun sarana yang bertujuan menampung kegiatan-kegiatan tersebut. Pada 2015 saja, menurut situs www.jadwalevent.web.id, sudah terjadwal sekitar 25 pameran nasional di Yogyakarta . Situs tersebut juga menyebutkan beberapa kota favorit yang sering dijadikan tempat pameran, yaitu: Jakarta, Bandung, Surabaya dan Yogyakarta . Sementara Makassar, Batam, dan Balikpapan hanya sesekali disebut.(www.property-in.co)