Agar Pameran Bebas Celaka
Penyelenggaraan – terutama persiapan – sebuah pameran tak jarang memunculkan kecelakaan kerja, mulai dari ujung jari berdarah karena keteledoran saat memaku hingga pekerja terjatuh keras dari ketinggian lima meter ketika menyelesaikan bagian atap sebuah stan yang megah. Kecelakaan-kecelakaan tersebut umumnya disebabkan keteledoran dan sikap abai terhadap standar keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang telah ditetapkan pengelola venue dan penyelenggaraan pameran.
Bukan hanya menimbulkan rasa kasihan dan ngeri terhadap nasib korban, kecelakaan saat persiapan dan penyelenggaraan pameran dapat menyebabkan kerugian besar pada pihak penyelenggara atau pemilik venue. Sekadar ilustrasi, Desember silam, dalam sebuah pameran Mutu Manikam, tiba-tiba sebuah mutiara yang dipamerkan menjadi gosong. Rupanya, perhiasan tersebut tak tahan terus-terusan disorot lampu berdaya tinggi. Kasus ini berbuntut rumit. Peserta pameran menuntut pengelola venue membayar ganti rugi hingga Rp 300 juta. Untunglah, setelah diselidiki, kesalahan bukan berada di pihak pemilik gedung. Peserta pameran sendiri yang lalai mematikan lampu ketika tidak dibutuhkan. Mestinya, persiapan dan penyelenggaraan pameran dapat berjalan mulus, idealnya dengan nol kecelakaan. Pihak penyelenggara event besar biasanya telah membuat buku manual yang mengatur detail tata cara persiapan pameran yang aman. Juga, telah diambil langkah-langkah standar antisipasi sehingga sebuah kejadian kecil tidak akan membesar dan memakan korban. Masalahnya, bangsa Indonesia dikenal tidak disiplin. “Aturan dibuat untuk dilanggar,” bunyi seloroh yang populer. “Kontraktor asing biasanya tak kaget lagi dengan aturan atau buku pegangan yang kami buat. Ia memang mengacu standar internasional, tapi kontraktor nasional suka bandel,” kata Herman Wiriadipoera, Direktur Utama PT Napindo Media Ashatama. Exhibition organizer tersebut tahun lalu menyelenggarakan pameran dirgantara dan perlengkapan pertahanan di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma yang tentunya membutuhkan standar keamanan dan keselamatan kerja tingkat tinggi. Gedung Memiliki Unit K3 Dapat diduga bahwa pemilik tempat pameran kerap menuding pihak penyelenggara dan terutama kontraktor tak disiplin. Contoh kecil adalah penggunaan sepatu di saat persiapan pameran. Sampai sekarang banyak pegawai perusahaan kontraktor lebih suka berjalan-jalan dengan sandal atau bahkan tanpa alas kaki. “Padahal, di saat persiapan biasanya banyak paku dan pecahan kaca. Lalu, kalau terjadi kecelakaan, yang disalahkan pertama kali pasti pihak venue,” keluh Hosea Andreas Rungkat, asisten untuk Convention Services Director di Jakarta Convention Center (JCC).
Ada dua keteledoran umum yang disorot pengelola venue.
- Yang pertama menyangkut akses terhadap hydrant air. Sering kali, demi memaksimalkan penggunaan lahan pameran, akses terhadap hydrant ditutup. Padahal, pihak venue memiliki kebijakan bahwa posisi hydrant harus terbuka sehingga mudah diakses. Bilamana terjadi kebakaran, besar maupun kecil, akan mudah dan cepat untuk dipadamkan. “Untuk meyakinkan soal itu saja sulitnya setengah mati. Banyak negosiasinya. Misalnya, (akses terhadap) hydrant dibuka, tapi sedikit saja,” kata Andreas.
- Masalah kedua berkaitan dengan sambungan listrik. Terkadang, kontraktor menggunakan sambungan yang tidak sesuai dengan standar yang digunakan pihak venue. Bahkan, sering kali kabel dicolokkan ke stop kontak tanpa menggunakan terminal. Sikap sembarangan seperti ini rawan menimbulkan konslet, memunculkan percikan api, dan kemudian kebakaran. Dalam sebuah pameran pada pertengahan tahun silam, sebuah lukisan terbakar akibat penggunaan kabel yang tak sesuai standar ini.
Untuk menjamin keselamatan kerja, umumnya pemilik venue besar memiliki unit K3 sendiri. Di JCC, misalnya, bagian tersebut dinamakan unit Occupational Health & Safety (OHS). Venue di Jakarta tersebut kini menyediakan dokter in house dan memiliki ambulans serta kendaraan pemadam kebakaran. Sumber : venuemagz.
hai, tulisan yang bagus, sorry ngikut thread comment ini sbg salam perkenalan… sy Agus Suhanto
makasih mas agus, salam kenal jugak.. sukses buat Anda..
salam kenal aja dari pram..kecelakaan itu adalah suatu musibah aja,supaya lebih berhati-hati lagi dalam bidang apapun..
Ada betulnya juga tuh…TS nya yahuud…
Semoga para agan2 pada sadar setelah baca artikel ini…..Nice Topic
KEEP BLOGGING
makasih mas kulilampu..
keep blogging ya..